Pemerintah Akan Bangun Pembangkit Listrik Arus Laut Pertama di Indonesia Rp3,5 T


Pemerintah akan membangun pembangkit listrik tenaga arus laut (PLTAL) pertama di Indonesia. Pembangunan ini masuk di dalam rencana umum penyediaan tenaga listrik (RUPTL) periode 2025-2034.
Pembangunan PLTAL ini mempunyai nilai investasi US$ 220 juta atau Rp 3,57 triliun dan memiliki kapasitas 40 megawatt (MW).
“Rencananya akan dikembangkan di Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 20 MW dan Provinsi Nusa Tenggara Timur 20 MW,” tulis Ditjen Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) dalam akun instagram, dikutip Senin (16/6).
Ditjen EBTKE mengatakan hal ini merupakan salah satu langkah mendukung transisi energi, ketahanan energi, swasembada energi, dan pemanfaatan potensi kelautan Indonesia secara berkelanjutan.
Dalam rencananya, PLTAL ini memiliki beberapa rancangan pengembangan bersama beberapa pihak, mulai dari SBS Indonesia (Inggris), NOVA Innovation (Inggris dengan PT Pertamina Power Indonesia), dan Tidal Bridge (Belanda).
Berdasarkan penjelasan Ditjen EBTKE, terdapat lima jenis teknologi pilihan untuk PLTAL, berikut daftarnya:
- Pasang surut. Memanfaatkan pasang surut gelombang laut, dengan dua tipe yakni dam pasang surut serta turbin offshore.
- Gelombang laut. Memanfaatkan gelombang laut dengan dua tipe, yaitu PLT gelombang dan Oscillating water current atau OWC.
- PLT Arus Laut. Memanfaatkan arus laut dengan dua jenis turbin, poros vertikal dan poros horizontal
- Perbedaan suhu lapisan laut. memanfaatkan perbedaan suhu air laut, dengan dua tipe yaitu siklus terbuka dan siklus tertutup
- Gradien Salinitas. Memanfaatkan perbedaan konsentrasi garam antara dua fluida, umumnya air tawar dan air laut.
Berdasarkan paparan ESDM, RUPTL terbaru menargetkan penambahan pembangkit listrik naik menjadi 69,5 gigawatt (GW) hingga 2034. Dari jumlah tersebut, 76% kapasitas pembangkit berasal dari Energi Baru Terbarukan (EBT) dan storage.
Komposisi dalam RUPTL terbagi menjadi 42,6 GW untuk pembangkit EBT (61%) dan 10,3 GW untuk storage (15%), serta pembangkit fosil 16,6 GW (24%).
ESDM merincikan lebih lanjut, porsi pembangkit EBT ini terdiri atas beberapa jenis sumber energi. Mulai dari sumber energi surya 17,1 GW, air 11,7 GW, angin 7,2 GW, panas bumi 5,2 GW, bioenergi 0,9 GW, dan nuklir 0,5 GW.
Porsi pembangkit storage 10,3 GW terdiri atas dua jenis sumber energi, yakni baterai 6 GW dan PLTA Pumped Storage 4,3 GW. Sementara untuk pembangkit bersumber energi fosil 16,6 GW juga terdiri atas dua jenis, yakni gas 10,3 GW dan batu bara 6,3 GW.