Libur Lebaran Usai, Kualitas Udara Jakarta dan Tangsel Masuk Kategori Tak Sehat


Tangerang Selatan, Banten, Depok, Jawa Barat dan, Jakarta menjadi kota dengan kualitas udara terburuk di Indonesia pada selasa (8/4) pagi.
Berdasarkan data yang dihimpun situs pemantau kualitas udara IQAir pukul 09.18 WIB Tangerang Selatan dan Depok menempati peringkat pertama dan kedua dengan indeks AQI poin sebesar 192 dan 174 atau berada pada kategori tidak sehat
Adapun Jakarta menempati peringkat ketiga dengan indeks AQI poin sebesar 153 atau masuk pada kategori tidak sehat. Berikut lima kota dengan kualitas udara terburuk di Indonesia Selasa (8/4):
- Tangerang Selatan, Banten dengan AQI poin 92 atau berada pada kategori tidak sehat.
- Depok, Jawa Barat dengan AQI poin 174 atau berada pada kategori tidak sehat.
- Jakarta dengan AQI poin 153 atau berada pada kategori tidak sehat.
- Kota Tangerang, Banten dengan AQI poin sebesar 112 atau berada pada kategori tidak sehat untuk kelompok sensitif.
- Surabaya, Jawa Timur dengan AQI poin sebesar 94 atau berada pada kategori sedang..
Sementara kualitas udara terburuk di dunia ditempati oleh Kathamandu di nepal dengan AQI poin 261 atau masuk kategori sangat tidak sehat.
Di sisi lain, kota dengan kualitas udara terbaik di Indonesia ditempati oleh Denpasar, Bali dengan indeks AQI poin sebesar 33 atau berada dalam kategori baik. Sementara di tingkat global ditempati oleh Seattle di Amerika Serikat dengan AQI poin sebesar 4.
Indeks AQI menunjukkan konsentrasi polutan udara yang menunjukkan kategori kualitas udara. Kategori baik memiliki rentang PM 2,5 sebesar 0-50, yakni tingkat kualitas udara yang tidak memberikan efek bagi kesehatan manusia atau hewan dan tidak berpengaruh pada tumbuhan, bangunan ataupun nilai estetika.
Kategori sedang dengan rentang PM2,5 sebesar 51-100, yakni kualitas udaranya yang tidak berpengaruh pada kesehatan manusia ataupun hewan tetapi berpengaruh pada tumbuhan yang sensitif dan nilai estetika .
Kategori tidak sehat untuk kelompok sensitif berada pada rentang PM 2,5 101-150, yakni kualitas udaranya tidak sehat bagi kelompok sensitif dan bisa menimbulkan kerusakan pada tumbuhan ataupun nilai estetika.
Kategori tidak sehat dengan rentang PM 2,5 di angka 151-200, yaitu kualitas udara di wilayah tersebut tidak sehat bagi manusia untuk beraktivitas di luar.
Kategori sangat tidak sehat dengan rentang PM2,5 sebesar 200-299 atau kualitas udaranya dapat merugikan kesehatan pada sejumlah segmen populasi yang terpapar.
Kategori berbahaya dengan rentang PM 2,5 sebesar 300-500 atau secara umum kualitas udaranya dapat merugikan kesehatan yang serius pada populasi manusia.
Kualitas udara Jakarta sempat membaik saat libur Lebaran. Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta bahkan mencatat, kualitas udara selama Idul Fitri 2025 atau pada 24 Maret hingga 6 April 2025 relatif membaik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Asep Kuswanto dalam keterangan tertulis, di Jakarta, Selasa, menjelaskan jika dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya, kualitas udara pada Idul Fitri 2025 menunjukkan angka yang signifikan.
Ia mencatat, terjadi penurunan konsentrasi polutan sebesar 43–75% dibandingkan 2024 dan turun sebesar 18-69% jika dibandingkan 2023.
“Maka dari itu, dari sisi Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU), Jakarta berada dalam kategori ‘baik’ saat Hari Raya pertama, sedangkan pada periode pemantauan hari kedua masuk ke dalam kategori ‘sedang’," katanya.
Asep juga menjelaskan bahwa berdasarkan pemantauan konsentrasi per jam PM 2,5, terlihat adanya tren penurunan yang cukup jelas saat Hari Raya Idul Fitri dibandingkan dengan H-7 hingga H-4.
“Konsentrasi PM 2,5 tertinggi justru tercatat pada 26 dan 27 Maret 2025, yang merupakan hari-hari terakhir sebelum cuti bersama. Ini kemungkinan besar karena aktivitas masyarakat di Jakarta masih tinggi menjelang libur panjang,” jelas Asep.
Namun, Asep menambahkan bahwa setelah hari raya, konsentrasi PM 2,5 kembali meningkat pada H+4 dan H+5, yang menandakan mulai kembalinya aktivitas masyarakat di Ibu Kota pasca mudik.
“Pola ini penting untuk terus kita pantau setiap tahunnya, agar kebijakan pengendalian emisi bisa lebih tepat sasaran dan waktu,” kata Asep.
Berdasarkan pengukuran konsentrasi enam jenis polutan udara dari sembilan Stasiun Pemantauan Kualitas Udara (SPKU) di Jakarta, ditemukan bahwa konsentrasi PM 2,5 atau polutan utama penyebab polusi udara di perkotaan mengalami penurunan signifikan saat Hari Raya Idul Fitri.
Sebagai upaya wujudkan keterbukaan data terutama kualitas udara, ia pun mengimbau kepada seluruh warga Jakarta untuk melakukan pengecekan kualitas udara secara langsung melalui laman udara.jakarta.go.id, sebagai upaya preventif beraktivitas saat kualitas udara memburuk.
“Dengan mengetahui data dan informasi dari fitur dalam laman tersebut, nantinya warga Jakarta dapat mengetahui langkah-langkah yang perlu diambil, misalnya selalu gunakan masker bila berada di lokasi dengan tingkat cemaran udara tinggi,” kata Asep.