Rupiah Bisa Menguat Rp 16.200 per Dolar AS Jika Ketegangan Iran-Israel Mereda

Ferrika Lukmana Sari
17 Juni 2025, 08:24
rupiah
ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/bar
Petugas menjunjukkan uang pecahan dolar AS dan rupiah di gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Kamis (15/5/2025). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup di level Rp16.528,5 atau menguat 0,20 persen dibandingkan penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Nilai tukar rupiah dibuka menguat pada perdagangan Selasa (17/6) pagi. Berdasarkan data Bloomberg pukul 08.19 WIB, rupiah tercatat di level Rp16.265 per dolar AS atau naik 38,50 poin (0,24%) dibandingkan penutupan sebelumnya.

Penguatan rupiah ini terjadi di tengah sejumlah sentimen global yang saling tarik-menarik. Analis memperkirakan rupiah masih berpeluang menguat hingga ke kisaran Rp16.200 per dolar AS hari ini, meski tensi geopolitik Timur Tengah masih membayangi.

“Nilai tukar rupiah belum bergerak jauh, masih berkonsolidasi di kisaran Rp16.200–16.300 pada perdagangan kemarin," kata pengamat mata uang Ariston Tjendra kepada Katadata.co.id, Selasa (17/6).

Selain itu, peluang pelemahan rupiah masih di arah Rp 16.300 per dolar AS. Peluang penguatan ke Rp16.200 tetap terbuka bila tidak ada eskalasi konflik lebih lanjut di Timur Tengah.

Menurut Ariston, pelaku pasar cenderung kembali masuk ke aset berisiko setelah tidak ada perkembangan signifikan dari konflik Iran-Israel pada perdagangan kemarin.

Pelaku pasar juga masih mewaspadai perkembangan konflik, sehingga nilai tukar dolar AS diperkirakan tetap bergerak di kisaran yang sama. Dolar AS masih berpeluang menguat terhadap mata uang lain jika terjadi eskalasi konflik atau negosiasi tarif kembali mengalami kebuntuan.

Pasar Pantau Perkembangan The Fed

Selain geopolitik, sentimen dari bank sentral Amerika Serikat (AS) juga turut memengaruhi arah rupiah. Analis Doo Financial Futures Lukman Leong mengatakan dolar AS tengah tertekan karena pasar mengantisipasi sikap dovish dari The Federal Reserve (The Fed) dalam rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pekan ini.

“Rupiah berpotensi menguat terhadap dolar AS di tengah sentimen risk-on. Namun penguatan akan terbatas mengingat tensi antara Iran dan Israel masih tinggi,” ujar Lukman.

Sikap dovish dari The Fed adalah kebijakan moneter cenderung longgar dengan suku bunga rendah, yang bisa melemahkan dolar AS dan mendorong penguatan rupiah. Sementara sentimen risk-on mencerminkan kondisi pasar yang lebih optimis, di mana investor berani mengambil risiko dan masuk ke aset berisiko seperti rupiah.

Ia memperkirakan pergerakan rupiah hari ini akan tetap berada dalam kisaran Rp16.200–Rp16.300 per dolar AS. Namun rupiah berpotensi kembali tertekan bila muncul perkembangan baru dari konflik Timur Tengah yang mengganggu sentimen pasar.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Ferrika Lukmana Sari

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan