Garuda Indonesia dan AirAsia Masih Rugi di Awal 2025, Siapa yang Paling Boncos?


Dua emiten di sektor penerbangan, PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) dan PT AirAsia Indonesia Tbk (CMPP) masih mencatat rugi bersih pada tiga bulan pertama tahun ini. Meski demikian, kerugian kedua maskapai tersebut menurun dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Lantas, siapa yang mencatatkan kinerja lebih baik?
Kinerja Garuda Indonesia: Pendapatan Tak Terjadwal Melonjak, Rugi Turun
Garuda Indonesia masih mencatatkan rugi bersih mencapai US$ 76 juta atau sekitar Rp 1,2 triliun pada kuartal I 2025. Namun, kerugian ini turun dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 87 juta.
Garuda mencatatkan pendapatan dari penerbangan tidak terjadwal naik hampir dua kali lipat dari US$ 19 juta pada kuartal I 2024 menjadi US$ 37 juta pada kuartal I 2025. Sedangkan pendapatan dari penerbangan terjadwal yang mendomonasi pendapatan naik tipis sebesar 0,6% dari US$ 599 juta menjadi US$ 603 juta.
Di sisi lain, segmen pemeliharaan pesawat menyumbang pendapatan sebesar US$ 95,36 juta dan pendapatan dari operasi lain-lain tercatat sebesar US$ 93,7 juta.
Saham emiten dengan kode GIAA turun 22% sepanjang tahun ini ke level 42. Namun harga sahamnya hari ini naik 7,69% dan naik 16,67% dalam sepekan terakhir.
Garuda Indonesia melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 11 Februari 2011. Perseroan memiliki sejumlah anak usaha yang menunjang operasionalnya, seperti PT Citilink Indonesia, GMF AeroAsia, PT Aerowisata, PT Sabre Travel Network Indonesia, PT Aero Systems Indonesia (ASYST), PT Gapura Angkasa, dan Garuda Indonesia Holiday France.
Kinerja AirAsia Indonesia: Penjualan Tiket dan Layanan Tambahan Naik
PT AirAsia Indonesia Tbk (CMPP) mengawali tahun 2025 dengan kinerja yang relatif stabil. Maskapai ini mencatat pendapatan sebesar Rp 1,99 triliun pada kuartal pertama 2025, meningkat 14,2% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 1,74 triliun.
Pendapatan dari penjualan tiket menjadi penyumbang terbesar naik dari Rp 1,47 triliun pada kuartal I 2024 menjadi Rp 1,65 triliun pada kuartal I 2025. Sedangkan pendapatan tambahan dari layanan bagasi, pelayanan penerbangan dan sumber pendapatan ancillary lainnya naik dari Rp 269 miliar menjadi Rp 339 miliar.
Meskipun mencatatkan kenaikan pendapatan, perseroan masih mencatat kerugian bersih sebesar Rp 710 miliar. Namun, kerugian ini turun 8,5% dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 776 miliar.
Direktur Utama PT AirAsia Indonesia, Veranita Yosephine menyatakan, maskapai terus memperkuat ekspansi rute internasional. “Mengawali 2025, kami kembali meluncurkan rute internasional Bali–Darwin, yang menjadi rute ketiga antara Indonesia dan Australia, setelah Bali–Perth dan Bali–Cairns,” ujarnya dalam keterangan resmi dikutip, Selasa (20/5).
Veranita juga menambahkan bahwa ekspansi ini akan dilanjutkan, antara lain dengan peluncuran rute baru Bali–Adelaide pada kuartal kedua tahun ini.
AirAsia Indonesia saat ini didukung oleh 30 armada pesawat dan memiliki kapasitas 1,85 juta kursi. Perusahaan telah mengangkut 1,53 juta penumpang sepanjang kuartal pertama 2025, serta melayani 7 rute domestik dan 26 rute internasional.
Pada perdagangan hari ini, gerak saham CMPP stagnan di level 78. Adapun dalam sepekan terakhir harga sahamnya turun 2,5% dan dalam setahun terakhir telah turun 9,3%.