Adu Kuat Ekonomi Iran Vs Israel, Siapa Paling Tangguh?

Ferrika Lukmana Sari
17 Juni 2025, 13:01
ekonomi
ANTARA FOTO/REUTERS/Ammar Aw
Bendera Israel berkibar dengan latar Dome of the Rock atau Masjid Kubah Batu bagi umat Muslim dan Bait suci untuk umat Yahudi di Kota Tua Yerusalem, Jumat (24/1/2020). Gambar diambil 24 Januari 2020.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Ketegangan antara Israel dan Iran kembali memuncak setelah keduanya saling melancarkan serangan. Konflik ini bukan hanya mempertaruhkan kekuatan militer, tetapi juga menjadi ajang unjuk kekuatan ekonomi.

Serangan Israel ke Teheran, Ibu Kota Iran, menimbulkan korban dari kalangan militer dan merusak fasilitas pengembangan nuklir. Sebagai balasan, Iran meluncurkan ratusan pesawat nirawak untuk menyerang sejumlah situs strategis di Israel.

Adu serangan ini memperlihatkan kekuatan militer kedua negara. Namun dari sisi ekonomi, kondisi keduanya sangat berbeda. Iran tengah bergulat dengan krisis ekonomi, inflasi tinggi, dan sanksi internasional, sementara Israel menunjukkan ketahanan ekonomi yang relatif lebih kuat di tengah konflik.

Ekonomi Iran: Tumbuh di Tengah Tekanan

Laporan dari Pusat Penelitian Majelis (Majlis Research Center) mencatat bahwa ekonomi Iran tumbuh sebesar 2,8% hingga 20 Maret 2025. Dari total tersebut, pertumbuhan sektor non-migas mencapai 2,7% yang mencerminkan kontribusi yang cukup besar dari sektor di luar energi.

Berdasarkan laporan Statistical Center of Iran (SCI), PDB Iran mencapai 100.260 triliun rial hingga Maret 2025, atau setara lebih dari US$125 miliar, naik dari 97.301 triliun rial pada tahun sebelumnya.

Sektor minyak dan gas menjadi pendorong utama dengan pertumbuhan 6,2%, menyumbang hampir 25% dari total PDB Iran. Sektor jasa menyumbang lebih dari 40%, dengan pertumbuhan 2,5%. Namun, pertumbuhan non-migas hanya 2,1%, menunjukkan masih lemahnya daya dorong dari sektor lain.

Meski pertumbuhan ekonomi Iran cukup stabil dalam empat tahun terakhir, berbagai tekanan tetap membayangi. “Iran masih menghadapi inflasi tinggi, depresiasi mata uang, serta sanksi internasional yang menghambat investasi dan perdagangan,” tulis Press TV pada Sabtu (31/5).

Laporan Bank Dunia mencatat PDB nominal Iran pada 2023 sebesar US$404,6 miliar, sementara versi IMF menyebutkan angka yang jauh lebih tinggi dalam PPP (Purchasing Power Parity), yakni US$1,75 triliun. Perbedaan ini menggambarkan lemahnya nilai tukar rial dan ketergantungan Iran pada pasar domestik.

PDB berdasarkan PPP adalah ukuran ekonomi yang menyesuaikan nilai PDB dengan daya beli riil masyarakat di dalam negeri. Berbeda dengan PDB nominal, PPP mencerminkan seberapa banyak barang dan jasa yang bisa dibeli, bukan hanya berdasarkan nilai tukar pasar.

Israel: Tumbuh Stabil di Tengah Konflik

Di sisi lain, ekonomi Israel menunjukkan daya tahan yang kuat meski masih dibayangi konflik dengan Hamas di Gaza dan ketegangan dengan Hizbullah.

Menurut Biro Statistik Pusat Israel, pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2025 tercatat 3,4% (annualized), naik dari 1,9% di kuartal sebelumnya. PDB per kapita juga tumbuh 2,2%.

Ekonomi Israel bahkan telah kembali ke level sebelum perang yang pecah pada Oktober 2023. “Pemulihan ini didorong oleh lonjakan investasi, khususnya di sektor konstruksi,” kata Goldman Sachs dalam laporannya.

Mereka mencatat investasi bangunan melonjak 44,9%, seiring membaiknya tenaga kerja konstruksi yang sempat anjlok akibat wajib militer dan pembatasan pekerja Palestina.

Namun, konsumsi rumah tangga turun tajam 5%, ekspor turun 1,8%, dan belanja pemerintah stagnan. Inflasi juga meningkat menjadi 3,6% pada April 2025, mempersulit ruang gerak bank sentral untuk menurunkan suku bunga.

PDB nominal Israel tercatat US$513,6 miliar pada 2023 menurut Bank Dunia, dan diproyeksikan mencapai US$569,9 miliar (PPP) pada 2025 oleh IMF. Artinya, dari sisi daya beli dan ukuran ekonomi, Israel masih unggul atas Iran.

Menariknya, terdapat perbedaan angka PDB versi nominal dan PPP mencerminkan nilai tukar mata uang dan biaya hidup di masing-masing negara. Iran terlihat lebih besar dalam PPP karena biaya hidup lebih rendah dan ekonomi berputar di dalam negeri, sementara Israel unggul di nominal karena ekonominya lebih terbuka dan kuat di pasar global.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Ferrika Lukmana Sari

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan